
Jakarta –
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo beberkan kejanggalan-kejanggalan dalam pembukuan keuangan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Hal ini tengah ramai diperbincangkan karena disangka adanya tindak pemolesan laporan.
Pria yang dekat disapa Tiko itu bercerita, pada tahun 2017-2018 Waskita pernah mencatatkan keuntungan perusahaan yang sungguh tinggi meraih Rp 4,6 triliun. Angka ini melambung drastis dari perolehan perusahaan pada 2016 silam yakni Rp 1,8 triliun.
Namun sehabis itu, perolehan labanya terus mengalami penurunan di mana pada 2018 perusahaan cuma mencatatkan keuntungan sebesar Rp 1 triliun. Puncaknya, keuntungan perusahaan tiba-tiba turun drastis pada 2020.
“Nah lalu ia menurun drastis 2020, bahkan hingga minus Rp 9,3 (triliun) karena ada impairment. Makara ini memang signifikan sekali dari keuntungan Rp 4,2 (triliun) dan Rp 4,6 (triliun),” terperinci Tiko, dalam program Power Lunch CNBC Indonesia, Senin (19/6/2023).
Meski demikian, perolehan keuntungan perusahaan sempat membaik pada tahun-tahun berikutnya. Di mana pada 2021 keuntungan Waskita tercatat sebesar Rp 1,8 triliun dan di 2022 Rp 1,7 triliun.
“Artinya apa? Artinya 2018 pernah meraih keuntungan yang besar sekali, namun dengan margin tipis, margin tipis ini. Nanti saya tunjukan dengan cash flownya. cash flow-nya negatif,” ujarnya.
Baca juga: Waskita Tunda Pembayaran Obligasi, Ini Alasannya |
Di segi lain, pada dikala puncak perolehan keuntungan perusahaan tersebut, Waskita justru mencatatkan arus kas negatif yang sungguh besar, hingga minus Rp 19 triliun. Hal inilah yang dikala ini tengah diinvestigasikan.
“Pada waktu labanya tinggi itu, cash flownya negatif Rp 19 triliun. Makara ini asing bahwa, cash flownya memang ada pemanis investasi besar sekali. Makara kita menyaksikan ini ada cash flow operasionalnya negatif, dan ada cash flow dari investment yang besar sekali. Makara ini yang sedang kita kaji,” terperinci Tiko.
Tiko sendiri mengetahui bahwa bisnis utama Waskita yakni dalam hal pengembangan infrastruktur jalan tol. Namun belum sanggup ditentukan apakah kenaikan keuntungan ini disebabkan oleh divestasi jalan tol maupun kemungkinan adanya tol yang belum di offload dan diakui pendapatannya.
“Ini bahwasanya menjadi pertanyaan. Kenapa ada mencatat keuntungan yang besar sekali padahal cash flow-nya minus begitu?,” kata Tiko.
“Tapi bahwasanya waktu kita masuk COVID-19 itu kelihatan sekali cash flow-nya sungguh negatif. Nah ini kami belum menampilkan kesimpulan selesai karena kita sedang investigasi. Tapi kita ingin mengenali komponen apa bahwasanya yang menghasilkan pergantian keuntungan menjadi negatif,” sambungnya.
Tiko menegaskan, pihaknya hingga dikala ini masih terus menjalankan pemeriksaan untuk menentukan seluruh pelaporan keuangan proyek Waskita sesuai. Di segi lain, belum tentu permasalahan ini disebabkan oleh adanya pemalsuan alias fraud. Ia tak menampik kemungkinan adanya diskoneksi kebijakan keuangan.
“Saya juga mengetahui bahwa memang terkadang di dalam konteks akuntansi ada celah-celah atau ada interpretasi berbeda. Makara saya tidak menampik jikalau memang ini ada kebijakan yang berbeda, belum tentu karena ada fraud. Tapi ini akan kami kadji dengan rincian tolong-menolong BPKP,” pungkasnya.